Sabtu, 09 April 2011

MAHASISWA HARUS BERANI JADI JAGO NASIONAL




            Mahasiswa khalayak hanyalah manusia biasa sama seperti yang lain, mereka merupakan bagian dari masyarakat juga, bersosialisasi dan berorganisasi, namun secara tampak mata mahasiswa bisa dikatakan sebagai bagian  dari masyarakat yang beruntung, predikat mahasiswa yang mereka emban hanyalah sebuah predikat yang ia peroleh dengan cara meneruskan pendidikan di tingkat paling tinggi dalam tingatan pendidikan atau yang sering disebut dengan kuliah di perguruan tinggi, ya karena itulah mereka mendapatkan predikat mahasiswa, predikat yang belum tentu semua orang mengalaminya atau mampu untuk mendapatkannya, karena untuk menjuju ke jenjang perkuliahan tentunya harus dengan pemikiran yang matang dan tentu membutuhkan  bajet yang tidak sedikit, oleh karena itu banyak lulusan sekolah menengah umum yang berkompeten namun berasal dari keluarga yang tergolong kurang mampu mengurungkan niatnya untuk meneruskan pendidikan ke jenjang berikutnya.
            Mahasiswa adalah cikal bakal penerus pembangun negeri ini, penerus peradaban bangsa ini, tapi sungguh sangat disayangkan bagi mereka yang memiliki kemampuan intelegen memadai yang sangat ingin meneruskan pendidikan menjadi mahasiswa harus mengubur keinginannya dalam-dalam menjadi seorang mahasiswa karena keterbatasan biaya. Lagi-lagi biaya yang menjadi pokok masalah dari semua ini.
            Lepas dari semua itumahasiswa adalah sumber daya manusia yang berkompeten dalam bidang akademika dan non akademik, mahasiswa memiliki ribuan bahkan jutaan keinginan maupun pendapat sendiri, nafsu ingin berteriak pada dunia telah mendarah daging pada jiwa mahasiswa, menyerukan kedamaian dan keadilan di muka bumi, entah bagaimana caranya, dan apapun bentuk realisasinya. Sering kali mereka berpendapat mengenai segala sesuatu yang terjadi di dunia ini, mulaih dari polemik negara orang lain hingga bangsa sendiri, mulaih dari urusan politik hingga kemanusiaan yang tak ada ujungnya, subjeknyapun berbeda-beda mulaih dari petinggi hingga pengemis sekalipun, mungkin jutaan pendapat yang mereka ingin ungkapkan kepada publik, tentang semua dinamika kehidupan ini, dan agar terciptanya keadilan di muka bumi. Namun semua itu lebih banyak mereka pendam dalam diri mereka, atau hanya mereka diskusikan dengan teman-teman mereka di gazebo atau di bawah pohon sembari mangisi waktu luang saat istirahat yang tak membuahkan hasil apapun, ya paling tidak itu akan hanya menjadi bahan diskusi mereka nanti saat acara diskusi dalam perkuliahan yang tak banyak mengubah sesuatu di dunia nyata mereka.
            Melihat kenyataan yang ada, yang banyak diberitakan di pelbagai media massa cetak maupun elektronik mengenai gerakan mahasiswa yang menyerukan pelbagai macam hal, mulaih dari kemanusiaan hingga masalah lingkungan mereka serukan di setiap kampus, setiap tikungan jalan raya,  bahkan lampu merah sekalipun mereka datangi demi menyuarakan gerakan yang mereka emban, bahkan tak sedikit yang harus mendzalimi diri sendiri seperti mogok makan hingga menjahit mulutnya di bawah terik mata hari demi mendapatkan tujuan yang telah mereka suarakan, dan hanya sebagian kecil masyarakat yang bisa menanggapi arti dari apa yang sedang mereka suarakan, bahkan sebagian orang beranggapan yang mereka lakukan hanyalah hal konyol. Menggembar-gemborkan suara hati mereka tentang delimatik perihnnya kehidupan, berusaha mengritik para petinggi negeri, memepertanyakan tanggung jawab mereka selama ini disana-sini tanpa membuahkan hasil pasti. Dengan kata lain mereka hanya bisa menjadi jago kandang yang hanya menyuarakan pikiran mereka tanpa mempertimbangkan banyak aspek, berteriak disana-sini dengan berapi-api, dengan dalih mewakili aspirasi rakyat yang tak tersampaikan.
            Padahal banyak sekali cara untuk menyuarakan pendapat mereka tanpa harus bersusah payah menyiksa diri, dan pasti dimengerti oleh banyak orang bahkan bisa mendatangkan penghasilan untuk diri mereka sendiri, seperti halnya beropini di media massa, tak usah muluk-muluk dulu cukup beropini di media cetak saja seperti koran dan news paper lainnya, cara seperti ini tergolong cara yang ampuh sekaligus hemat, mulaih hemat waktu, biaya, dan tak perlu menyiksa diri sendiri, dan pastinya gak bikin macet jalanan. Mahasiswa bisa menulis opini apapun di koran sesuai dengan keinginan mereka apa yang akan mereka sampaikan kepada publik luas, beropini di koran hanya membutuhkan pemikiran yang kritis untuk menarik banyak pembaca untuk membaca opini  mahasiswa yang ingin menyuarakan pemikiran mereka, kerangka tulisan yang kuat, gaya bahasa, kekuatan paragraf pertama, judul yang tajam, argumentasi yang lengkap,dan kesimpulan yang tuntas merupakan hal yang perlu di perhatikan dalam penulisan opini agar bisa dimengerti oleh pembaca, namun dalam artikel ini tidak akan mengajarkan bagaimana cara menulis opini yang baik dan benar.
            Menulis opini di koran adalah hal yang positif tanpa harus mengorbankan banyak hal. Bagi mahasiswa yang belum terbiasa menulis opini di koran bisa dilatih dengan cara menulis opini pada majalah-majalah mahasiswa terlebih dahulu sebagai pemanasan, langkah pertama tersebut akan memunculkan rasa percaya diri untuk terus menulis, apalagi jika opini yang ditulis selalu dimuat pada majalah mahasiswa tersebut, mahasiswa akan lebih bersemangat dalam beropini. Berawal dari situlah mahasiswa bisa mengembangakan opini dan pendapat-pendapatnya, mereka akan lebih percaya diri untuk menembus redaktur koran lokal yang hanya beredar di dalam kota, berlanjut koran propinsi, bahkan koran nasional sekalipun. Dengan hanya bisa beropini pada koran nasional anggapan bahwa mahasiswa yang hanya bisa jago kandang dapat dihapuskan dan berubah bahwa mahasiswa mampu untuk menjadi jago nasional. Uang sakupun akan terus mengalir hanya dari penghasilan menulis opini pada koran, karena biasanya setiap tulisan penulis dimuat pada sebuah kolom halaman opini koran, penulis akan mendapatkan imbalan atas hasil jerih payahnya menulis pada redaktur koran tersebut. Ini bukan merupakan hal yang sepele untuk di acuhkan begitu saja, namun ini merupakan peluang untuk para mahasiswa mengembangkan bakat beropini dan menyuarkan pendapat agar bisa di dengar oleh banyak orang, serta menyadarkan banyak orang untuk berbuat sesuatu agar dapat merealisasikan pendapat para mahasiswa yang hanya dimuat pada sebuah opini koran harian. Oleh sebab itu setiap mahasiswa harus mampu menulis opini di koran untuk menyuarakan pendapat mereka yang berguana merubah wajah negeri ini, tidak harus demonstrasi ataupun konfoi yang tak jelas jluntrungannya, cukup hanya dengan menulis opini pada surat kabar dan sejenisnya, suara pendapat mahasiswa yang ingin disampaikan pasti didengar oleh banyak orang. Dan mengubah image mahasiswa bahwa mahasiswa tidak hanya bisa menjadi jago kandang tetapi bisa juga  menjadi jago nasional.




Oleh    : Edi Tri Ismoko